kali ini saya akan sedikit rubah tentang konsep ceritta rakyat bali ini. mulai sekarang dan kedepannya akan saya buat menjaadi dua versi, yaitu versi bahasa bali dan versi bahasa indonesia. maksudnya adalah untuk melestarikan bahasa bali, dan bahasa indonesia bagi yang tidak bisa bahasa bali (mungkin terjemahannya tidak pas sekali, karena saya bukan ahli bahasa, tapi saya usahakan tidak menghilangkan arti yang seebenarnya) . mari kita lanjutkan....
Cupak teken Grantang
Ada sebuah cerita, I Cupak dan I Grantang. Mereka dua bersaudara. I Cupak adalah sang kakak, I Grantang adalah sang adik. Wajah dan perilaku kakak beradik ini sangat berbeda. I Cupak wajahnya jelek, kumisnya lebat, brewokan, dekil dan rambutnya merah kaku seperti sapu ijuk. perutnya besar dan gemar sekali makan. tapi beda dengan adiknya I Grantang. I Grantang perilakunya halus, wajahnya ganteng, kalem, banyak yang suka dan ingin memiliki I Grantang sebagai kekasih. Tutur katanya manis dan rajin bekerja.
Diceritakan suatu hari, i Cupak dan I Grantang bekerja membajak di sawah, I Grantang dengan rajinya mengembala sapi, tapi i Cupak kerjanya hanya bermain. berbeda dengan I cupak, ia tidak menghiraukan adiknya yang sedang beekerja. Saat I Grantang sudah menyelesaikan pekerjaannya barulah I Cupak datang dari bermain. Meskipun begitu grantang tidak kesal dengan kakaknya, ia tetap mmenjaga sikap terhadap kakaknya, tetap berkata halus dan baik.
grantang berkata "Kakak silahkan pulang duluan, saya mau mandi dulu. "I cupak malah menjawab dengan kasar " kalo gitu aku mau pulang duluan" I Cupak lalu beranjak pulang. Setelah I Cupak pergi barulah I Grantang mandi, ternyata I Cupak bukannya pulang malah bermain lumpur sampai badannya kotor. setelah itu, barulah cupak pulang.
Diceritakan sekarang i Cupak sudah sampai didepan rumahnya, disana lalu I Cupak berteriak - teriak sambil menangis. ibu dan ayahnya terkejut mendengar tangisan anaknya dan segera menghampiri dan menanyakan,"duh anakku ganteng Wayan Cupak kenapa kamu pulang sendiri dan kotor begini? adikmu kemana I Made Grantang?" setelah orang tuanya bertanya demikian, lalu i Cupak menjawab sembari menangis. "Begini ayah dan ibu, aku dari pagi bekerja di sawah, I Grantang malah pergi bermain dari pagi, dan dia hanya merayu-rayu anak gadis saja kerrjanya. setelah mendengar cerita I Cupak, ayahnya langsung marah dan setelah itu ayahnya membelai I Cupak. "iya, jangan nangis lagi anakku, nanti kalo I Grantang pulang, ayah akan marahi dan pukuli dia, akan ayah usir dari rumah. " senang sekali hati I Cupak mendengar ayahnya akan memarahi I Grantang. agar tidak ketahuan berbohong, I Cupak lalu pergi dengan membawa ayam untuk diadu.
Sekarang diceritakan I Grantang sudah tiba dirumah. I Grantang berjalan sempoyongan karena kelelahan. Tanpa basa basi ayahnya langsung menjambak dan memukuli I Grantang. Dengan kasarnya ayahnya berbicara "Pergi kamu dari rumah ini!! tak menyangka ayah punya anak seperti kamu, wajah ganteng tapi perilakumu buruk, pemalas, maucocok dengan wajahmu yang tampan, dimana kamu dapat ajaran seperti itu? ", I Grantang menangis merasa dirinya difitnah. lalu I Grantang berbicara putus-putus sambil menangis "baik ayah, jika itu kehendak ayah, mengusir saya....,dari rumah,... , saya terima keputusan ayah.
hanya itu yang disampaikan I Grantang terhadap ayahnya, lalu dia pergi meninggalkan rumah. Grantang beerjalan sempoyongan kerena ia belum makan. Sangat sakit hatinya mendengar kata-kata ayahnya tadi. Setelah I Grantang pergi jauh. lalu I Cupak menanyakan adiknya I Grantang. "ibu...ayah...adikku kemana? " lalu ayahnya berkata, "Adikmu sudah ayah pukuli dan usir dari rumah ini. biar tau rasa anak itu." tau ayahnya demikian, lalu I Cupak menangis dan berkata, " mengapa ayah sampai demikian? kenapa ayah usir? dimana dia sekarang?. lalu I Cupak menceritakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya. mendengar I Cupak berbohong dada kedua orang tuanya jadi sesak, merasa bersalah terhadap I Grantang." sekarang aku akan mencari keberadaan I Grantang, akan aku bawakan makanan " kata I Cupak dan segera ibunya menyiapkan makanan.
Diceritakan sekarang I Cupak sudah meninggalkan rumah mencari I Grantang. berteriak-teriak I Cupak Memanggil Adiknya Adik....adik....adik..Grantang...ini kakak sudah bawakan makanan ..Adik!" lanjut cerita, berhasil I Cupak menemukan adiknya di tengah hutan belantara. lalu I Cupak minta maaf kepada adiknya. adik sekarang kita pulang, maafkan kesalahan kakak, yukk kita pulang!" I Grantang lalu menyaut, "kakak pulang sendiri saja, biarkan saya sendiri disini menahan sakit hati, mending saya mati dari pada tidak disukai orang tua. " Setelah adiknya berbicara seperti itu lalu muncul akal licik I Cupak. kakak akan menemanimu disini, suka duka bersama, kita istirahat disini dulu, kakak capek sekali berjalan mencarimu, ini kakak bawakan makanan. "I Cupak lalu menyuruh I Grantang mencari air, " sana adik kamu cari air buat kita, kakak jaga makanan ini disini. "segera I Grantang mencari air. setelah I Grantang pergi jauh mencari air, keluarlah niat busuk I Cupak berniat memakan habis makanan itu. buru - buru I Cupak membuka makanan tersebut dan menghabiskannya. setelah habis, bungkus makanan tersebut dirobek dan ditaruh di tanah dan ditinggal tidur. setelah datang dari mencari air dan melihat kejadian tersebut lalu I Cupak dibanguni oleh I Grantang. I Cupak lalu kepupungan "Aduh adik siapa yang memakan dan merobek bungkus makanan ini? terlalu lama sich adik mencari air, sampai makanan ini kakak tinggal tidur. ya tak apa" sisa makanan ini saja kita makan.lalu I Grantang berkata, "iya, kakak saja yang makan makanan ini, saya tidak merasa lapar" I Cupak lalu makan lagi sendirian dengan lahapnya sampai dia celekutan memukul-mukul dadanya, selesai makan I Cupak bersedawa mencirikan perutnya sudah teramat kenyang.
Setelah I Cupak dan I Grantang selesai beristirahat, mereka berencana melanjutkan perjalanan. diceritakan sekarang I Cupak dan I Grantang sampai di pintu gerbang Puri Kediri. Di desa itu sepi sekali, tidak ada orang lalu-lalang. I Cupak gemetar karena takut, sekarang mereka sudah sampai di halaman puri Kediri, disana I Cupak menemukan pasar. Di pasar itu masih sepi, cuma ada 1 penjual nasi dan lagi berjualannya sembunyi". melihat kondisi seperti itu, lantas I Grantang bertanya kepada penjual nasi tersebut, "permisi Ibu penjual nasi, saya mau bertanya, apa nama daerah disini, apa yang menyebabkan daerah ini sepi. pedagang nasi berkata, nak, pemuda berdua ini, nama daerah ini Kediri, daerah ini terkena bencana. Putri Ida Sang Prabu diculik oleh I Benaru. Ida Sang Prabu mengeluarkan wacana, bahwa siapa saja yang sanggup membunuh I Benaru dan membawa putrinya kembali akan diberi Kedudukan agung di wilayah ini dan akan dinikahkan dengan putri beliau bagi yang sanggup membunuh I Benaru. I Cupak dengan gampangnya berkata, "ah rajanya saja yang bodoh dikalahkan oleh I Benaru. membunuh si Benaru saja tidak bisa. Eh dagang, sana bilang kepada rajamu. membunuh satu Benaru gampang bagi aku". I Grantang lantas memotong pembicaraan, " jangan kakak sesumbar, kita kan tidak tau I Benaru itu siapa. jangan sombong di wilayah orang. "tapi I Cupak ngeyel dan tetap ingin melawan si benaru. dan mengatakan Adik memang pengecut. beri saya makanan saja kalo saya berhasil membunuh I Benaru. "I Grantang melanjutkan pembicaran dengan pedagang nasi tersebut. "baiklah ibu penjual nasi sampaikan pesan kami ke tempat Ida Sang Prabu. kami mau menyampaikan bahwa kami mampu membunuh I Benaru. "Disamping itu ada beberapa pesan lagi dari I Grantang yang mau disampaikan kepada sang prabu, penjual nasi lalu bergegas menghadap ke puri Kediri, setelah ibu penjual nasi itu jauh I Cupak lalu memakan dagangan ibu tadi karena perutnya sangat lapar" sungguh I Cupak Contoh yang tidak baik
Lanjut cerita sesampainya di puri, penjual nasi tersebut langsung menyampaikan pesan kepada raja, "maafkan saya Ratu Sang Prabhu Raja Kediri, diluar ada tamu dua orang pemuda menyatakan bersedia dan sanggup membunuh I Benaru. sekian pesan dari saya sang raja. mereka menunggu keputusan dari Ida Sang Prabhu. sontak Ida Sang Prabhu merestui, "baiklah kalo memang mereka sanggup membunuh I Benaru, suru mereka menghadap saya sekarang. bergegas si penjual nasi kembali ke pasar untuk menemui dan menyampaikan pesan dari sang Raja kepada I Cupak dan I Grantang, sesampainya di pasar ibu itu terkejut melihat I Cupak menghabiskan dagangan ibu itu. lalu I Grantang ngomong. "maafkan kami ibu, maafkan kesalahan kakak saya yang mengambil makanan ibu tanpa izin terlebih dahulu, mohon ibu mau memaafkan kesalahan kakak saya dan ini saya ada uang sebagai pengganti kerugian ibu.lalu I Cupak berkata maafkan saya ibu, saya tidak sanggup menahan lapar, " si penjual nasi terketuk hatinya mendengar kata - kata I Grantang. kata" I Cupak tidak digubris oleh penjual nasi tersebut. lalu ibu itu menyampaikan pesan dari Ida Sang Prabhu, agar mereka segera menghadap sang Raja. Sesampainya I Cupak dan I Grantang di puri Kediri para rakyat di Puri kediri Sontak Berhamburan melarikan diri dikiranya I Cupak itu adalah I Benaru. diceritakan sekarang I Cupak dan I Grantang sudah menghadap Ida Sang Prabhu lalu Ida Sang Prabhu bertanya, "wahai kalian berdua, asal kalian dari mana? nama kalian siapa?" I Grantang berkata dengan sopan," maafkan saya Ratu Sang Prabhu, saya ini orang miskin dari Desa Gobangwesi. nama saya adalah I Grantang dan ini kakak saya bernama I Cupak. saya mau ikut serta dalam sayembara ini untuk membunuh musuh paduka I Benaru. belum selesai I Grantang menghaturkan kata, I Cupak lalu memotong pembicaraan, dan berkata seperti ini, "sebelum kami membunuh I Benaru kami ingin makan, aku lapar, perutku lapar, aku mau minta makanan yang enak". Setelah itu I Cupak dan I Grantang pamit kepada Ida Sang Prabhu, lalu I Grantang diberikan sebuah cincin mas masoca mirah sebagai tanda bahwa I Grantang sebagai utusan sang Prabhu.
melanjutkan carita perjalanan mereka I Cupak merasa haus sekali, lantas ia menemukan sebuah telaga yang luas yang airnya banyak sekali. disana lalu I Cupak berkata kepada adiknya. "Adik...adik Grantang berhenti sebentar, kakak capek dan haus sekali, kakak akan mencari air di telaga itu, " lalu I Grantang menyaut, "jangan kakak mencari air disana itu adalah air kencing I Benaru tidak boleh diminum, "mendengar perkataan adiknya itu I Cupak terkejut mukanya pucat. lalu mereka melanjutkan perjalanan. lagi I Cupak menemukan sebuah gunung-gunungan berderet. lalu I Cupak bertanya lagi kepada adiknya, "siapa yang membuat gunung gunungan disini dik?" sambil tersenyum I Grantang berkata kepada kakaknya. "ini bukan gunung-gunungan kak, melainkan kotorannya I Benaru. I Cupak berteriak ketakutan. "Aduh matilah kita sekarang dik, kotorannya aja bisa sebesar ini, pasti si benaru besar sekali? yukk kak kita lanjutkan perjalanan. I Grantang bergegas berjalan ingin segera membunuh I Benaru. I Cupak ketakutan mengikuti perjalanan I Grantang, kakinya gemetaran.
Diceritakan Sekarang I Cupak dan I Grantang sudah sampai di atas goa. I Benaru ada di bawah goa. I Cupak lalu berkata" Adik .... kakak tidak berani turun, adik saja yang bertarung melawan I Benaru. Kakak menunggu disini. tapi kakak mohon ikat kakak disini, entah apa maksudnya dia ingin diikat, tapi adiknya menuruti permintaan kakaknya " Bingung I Grantang mencari tali untuk mengikat I Cupak. Setelah selesai I Grantang mengikat kakaknya, I Grantang lalu menyampaikan pesan kepada kakak, "ini kakak liat tombak yang saya tancapkan, kalo jatuh ke selatan maka itu sebuah pertanda bahwa saya tewas dalam pertarungan ini, kalau jatuhnya ke timur itu berarti saya menang. "Setelah selesai menyampaikan pesan kepada kakaknya, I Grantang lalu turun ke bawah goa. sesampainya di dalam goa I Grantang melihat I Benaru ingin memperkosa Raden Dewi. I Benaru melihat I Grantang Masuk dan I Benaru mencaci maki I Grantang. " "Eh kamu manusia kecil, ada urusan apa kamu kemari, kalo kamu ingin hidup pergilah kamu dari sini! " mendengar I Benaru berkata demikian, lalu I Grantang menyaut, "Apa..apa..yang kamu katakan Benaru? aku datang kesini memang untuk mengalahkan kamu dan aku akan membawa Raden Dewi Pulang ke Puri kediri. " I Benaru lantas mengamuk. Disana I Grantang bertarung dengan I Benaru. karena I Grantang pandai menggunakan senjata dan pandai dalam bertarung maka I Grantang berhasil menusuk dan merobek perut I Benaru sampai isi perutnya keluar berserakan dengan keris pemberian Ida Sang Prabu. I Benaru berteriak Kesakitan isi perutnya keluar.
Diceritakan Sekarang I Cupak diluar mendengar I Benaru berteriak. I Cupak sampai terkencing-kencing sampai ikatannya lepas. Disana lantas I Cupak ingat dengan pesan adiknya lalu melihat ke arah tombak dan ternyata tombaknya sudah jatuh ke arah timur. baru I Cupak hatinya senang. I Cupak lalu berkata, " Adik...adik Grantang tunggu aku adik. kalo aku tidak dapat bertarung dengan I Benaru aku bakal penasaran terus, " I Grantang lalu ngomong dari dalam goa, "kak I Benaru telah tewas dan sekarang tolong lemparkan sebuah tali agar aku bisa naik! "setelah itu I Cupak melemparkan tali tersebut. Disana I Grantang menggantungkan diri supaya bisa naik sembari menggendong Raden Dewi. Setelah I Grantang dan Raden Dewi terlihat dari mulut goa, segera I Cupak merangkul Raden Dewi, seraya memotong tali yang mengikat I Grantang. karena tali itu dipotong, maka I Grantang jatuh bergelinding kedalam goa dan I Cupak mengira adiknya telah mati.
Diceritakan Sekarang , I Cupak mengantar Ida Raden Dewi menuju Puri Agung. sulit dibayangkan saat I Cupak yang mengantar Raden Dewi menuju Puri Kediri Setelah sampai di Puri. Ida Sang Prabhu sangat senang melihat putrinya kembali, Ida Sang Prabhu lalu mempertemukan Ida Raden Dewi dengan I Cupak dan menanyakan kejadian tersebut dan menanyakan apakah I Benaru telah mati. I Cupak mengatakan kepada Ida Sang Prabhu bahwa I Benaru telah mati dan I Grantang mati karena terjatuh.sebagai penghargaan terhadap I Grantang saudaranya I Cupak dinobatkan sebagai orang agung dan mempunyai kuasa di Puri Kediri.
Diceritakan sekarang I Cupak sudah berkuasa di Puri. semua rakyat jadi susah, karena setiap hari harus menyediakan babi guling, makanan kesukaan I Cupak.
nah sekarang kita kembali ke cerita I Grantang yukk. bagaimana keadaan I Grantang di Goa?. I Grantang tertatih" menahan sakit karena terjatuh dan menyesali dirinya terlahir penuh cobaan. "oh tuhan mengapa ini terjadi kepada ku?" lalu I Grantang mempunyai ide dengan menggunakan tulang raksasa I Benaru, satu per satu tulang I benaru disusun oleh I Garantang agar bisa naik. I Grantang ingin sekali naik ke atas. dengan usaha dan doa kepada Ida SangHyang Parama Kawi I Grantang berhasil Naik. sekarang I Grantang sudah berada di atas goa. I Grantang lalu beranjak menuju Puri Kediri. Singkat Cerita I Grantang sudah sampai di puri. Disitu lalu I Grantang bertemu dan berbicara dengan pembantu I Cupak " maaf saya boleh minta bantuan anda, saya mau menghadap Ida Sang Prabhu. sontak pembantu tersebut lari melapor kepada Raden Cupak. I Cupak ingat dengan adiknya yang masih di Goa. lalu I Cupak berteriak memerintahkan untuk menangkap dan I Grantang digulung dengan tikar, lalu dibuang ke laut.
Diceritakan keesokan harinya Pan Bekung sedang menjaring menangkap ikan di pantai. dari pagi sampai sore tidak satu ikan pun yang berhasil ditangkap. lalu dilemparkan jaring ke arah timur, karena jaringnya terasa berat maka Pan Bekung segera menarik jaring tersebut dan didapatkan sebuah tikar yang digulung. emosi dengan kondisi seperti itu, lalu pan bekung memutuskan untuk kembali ke darat. sangat terkejutnya Pan Bekung melihat pemuda kurus sekali dalam tikar tersebut. Pan Bekung segera membawa tubuh pemuda itu ke rumahnya. sesampainya di rumahnya dirawatlah oleh Men Bekung. sehari - hari dibuatkan bubur, dibuatkan obat. bisa dibilang semakin hari semakin berisi badannya I Grantang. sangat senang hati Pan Bekung dan Men Bekung karena anaknya ganteng sekali. setelah I Grantang sehat disana lantas I Grantang membuat sebuh taman, beraneka ragam bunga yang ditanamnya. setelah kembang bunga-bunga itu dipetik untuk dijual oleh men bekung ke pasar, itu pekerjaan sehari-hari I Grantang dan men Bekung..
Diceritakan Sekarang ada seorang abdi dalem dari puri Kediri akan membeli bunga. semua bunga men Bekung dibeli untuk dipersembahkan kepada Raden Dewi. setelah selesai berbelanja lantas abdi tersebut kembali ke puri untuk menghaturkan bunga. Bunga yang dihaturkan diterima oleh Ida Raden Dewi. Serasa berdebar - debar hati Raden Dewi merasakan dalam bungan itu ada sesosok pria yang diidam"kannya.
Ingatlah Raden Dewi dengan I Grantang pemuda tampan yang menyelamatkannya dan membunuh I Benaru. Ida Raden Dewi lalu bertanya kepada abdinya yang membeli bunga tersebut. " Bibi bibi Sari dimana bibi membeli bunga ini?" besok antarkan saya ke tempat penjual bunga ini." keesokan harinya diantarkanlah Ida Raden Dewi ke pasar. Singkat Cerita Men Bekung kebetulan sedang berjualan dengan keranjang berisi bunga warna warni. Raden Dewi menghampiri. Raden Dewi lalu melihat sebuah cincin emas masoca mirah yang dipakai Men Bekung. Cincin itu tidak lain adalah milik Ida Sang Prabhu yang diberikan kepada I Grantang. melihat kejadian tersebut, lalu Raden Dewi bertanya kepada Men Bekung. "maaf ibu, saya mau bertanya, dimana rumah ibu?' Ajak saya berkunjung ke rumah ibu agar saya tau. " singkat cerita Ida Raden Dewi sudah sampai di rumah Men Bekung. Pan Bekung terkejut melihat kedatangan Ida Raden Dewi. mendengar ayahnya saking paniknya kedatangan tamu I Grantang menghampiri. Disanalah I Grantang bertemu dengan Raden Dewi. di saat itulah Ida Raden Dewi menghampiri dan memeluk I Grantang sambil menangis, "Aduh Bli kenapa Bli rela meninggalkan saya, kenapa bli tidak menghadap Ida Sang Prabhu." setelah mendengar perkataan Ida Raden Dewi tadi lalu I Grantang memohon maaf dan menghaturkan sembah sujud menceritakan soal kejadian yang sudah berlalu.
Diceritakan sekarang I Grantang dan Ida Raden Dewi sudah sampai di puri. Sang Prabhu terkesima melihat putrinya berjalan berdampingan bersanding dengan I Grantang. diceritakan sekarang I Cupak diusir dari puri. I Grantang sekarang mendapatkan posisi agung di puri. Setelah I Grantang menjabat agung, kerajaan jadi aman sentosa dan tentram. rakyat semua senang karena I Cupak telah pergi meninggalkan Puri kediri dan I Grantang akhirnya dinikahkan dengan Raden Dewi sesuai isi perjanjian dalam sayembara tersebut.
bahasa bali :
Ada katuturang satua, I Cupak teken I Grantang. Menyama ajaka dadua. I Cupak ane kelihan, I Grantang ane cerikan. Goba lan parilaksanan kaka adi punika doh pesan matiosan. I Cupak gobane bocok, kumis jempe, kales, brenges, lan bok barak keke alah duk. Basang gede madaar kereng pesan. Nanging joh bina ajaka adine I Grantang. I Grantang pengadegne lanjar, goba alep bagus, asing-asing anake ngantenang makejang ngedotang. Kemikane manis tur anteng magarapan.
Kacarita sedek dina anu, i Cupak ajak I Grantang matekap di carike, I Grantang matekap nututin sampi, nanging i Cupak satate maplalianan dogen gaene. Tusing pesan I Cupak ngrunguang adine magae. Disubane I Grantang suud matekap mara I Cupak teka uli maplalianan. Yadiastun keto bikas beline masih luung penampene I Grantang. I Grantang ngomong munyine alus tur nyunyur manis.
"Kemu beli malunan mulih tiang lakar manjus abedik. "Icupak masaut gangsar,"Lamun keto kola lakar malunan mulih, adi. I Cupak laut majalan mulih. Disubane joh liwat uli sig I Grantange manjus, ditu lantas I Cupak makipu di endute kanti awakne uyak endut. Disubane keto, I Cupak nutugang majalan ngamulihan saha jlempah jlempoh.
Kacarita ane jani i Cupak suba neked diwangan umahe, ditu laut I Cupak gelur-gelur ngeling. Meme bapane tengkejut ningehin eling panakne tur nyagjag laut nakonin,"Cening-cening bagus Wayan Cupak anake buka cening ngudiang cening padidi mulih buine blolotan, men adin ceninge I Made Grantang dija?" Disubane keto petakon reramane, laut masaut i Cupak sambilange ngeling. "Kene ento bapa lan meme Kola anak uli semengan metekap dicarike I Grantang anak meplalianan melali dogen uli semengan, buine ia ento ngenemin anak luh-luh dogen gaene". Mara monto pesadune I Cupak bapane suba brangti teken I Grantang. Suud keto laut bapane ngrumrum I Cupak. "Nah, mendep dewa mendep, buin ajahan lamun teka I Grantang lakar tigtig bapa, lakar tundung bapa uli jumah. "Lega pesan kenehne I Cupak ningeh bapane pedih teken I Grantang. Apang tusing ketara dayane jele, I Cupak pesu ngaba siap lakar mabongbong.
Ane jani kacaritayang I Grantang suba ngamulihang uli carik genah ipun magarapan. I Grantang majalan jlempah jlempoh kabatek baan kenyelne kaliwat. Tan kacaritayang malih kawentenang ipun ring margi, kancit sampun neked jumahne. Duk punika sahasa bapane teka nyag jag nyambak tur nigtig. Bapane ngomong bangras. Makaad cai makaad Grantang, nirguna bapa ngelah panak buka cai. Goba melah, solah jele, tur tuara demen nyemak gae, men nyak adung goba ajaka bikase? Dija cai maan ajah-ajahan keto? " I Grantang ngeling sigsigan merasa teken dewek kena pisuna. Ngomong laut I Grantang, sakewala raosne pegat-pegat duaning sambilange ngeling. "Nah, Bapa yan suba keto keneh bapane, nundung anake buka tiang....uli jumah, tiang nerima pesan tresnan bapane ento. Dumadak-dumadik sepatilar tiang uli jumah bagia idup bapa miwah belin tiange I Cupak.
Amonto I Grantang ngomong teken bapane laut majalan makaad uli jumah. Lampah laku pajalane I Grantang tur jlempah-jlempoh pejalane kabatek baan naanang basang seduk. Sakit saja kenehne I Grantang ningeh munyin bapane abuka keto. Disubane joh I Grantang liwat, teka lantas I Cupak turnakonang adine I Grantang. "Meme...Bapa...adin kolane dija? " Mesaut laut bapane, "Adin I Dewane suba tigtig bapa tur suba tundung bapa uli jumah. Jani apang tawange rasan mayusne ento." Mara keto pasaut bapane I Cupak ngeling gelur-gelur tur mamunyi : "Ngudiang ketang bapa adin kolane. Dadi tundung bapa adin kolane, dija jani alih kola adin kolane ...anak kola ...anak ... anak kola ane mayus magae, ngudiang adin kolane tundung bapa?" Ningeh munyin I Cupake keto dadi engsek memen bapane, merasa teken dewek pelih. "Jani kola lakar ngalih adin kolane, lakar abang kola takilan!" Masepan-sepan memene ngaenang I Cupak takilan.
Kacarita jani I Cupak ninggal umah ngalain memen bapane lakar ngruruh I Grantang. Gelur gelur I Cupak ngaukin adine Adi....adi....adi..Grantang ... ene kola teka ngaba takilan ..Adi!" Cutetin satua, bakat bane ngetut adine, tepukina ditengah alase. Ditu lantas I Cupak ngidih pelih teken adine. Adi jalan mulih adi, ampurayang Beli adi, jalan adi mulih!" I Grantang mesaut alot, "kema suba Beli mulih padidi, depang tiang dini naenang sakit ati, diastun tampin tiang mati.Apa puaran tiange idup tusing demenin rerama. "Disubane buka keto pasaut adine laut nyawis nimbal natakin panes tis, suka duka ajak dadua. Jalan mareren malu adi, kola kenyel pesan nugtug adi uli jumah. Ene kola ngaba takilan, jalan gagah ajak dadua. "I Cupak lantas nunden adine ngalih yeh, "Kema adi ngalih yeh, kola nongosin takilane dini. "Nyrucut I Grantang ngalih yeh. Disubane I Grantang liwat joh, pesu dayane I Cupak lakar nelahang isin takilane. Sepan-sepan I Cupak ngagah takilane tur daara telahanga. Sesubane telah, kulit takilane besbesa tur kacakanga di tanahe. Nepukin unduke ento lantas I Cupak dundune teken I Grantang. I Cupak mani-mani kapupungan. "Aduh adi apa mesbes takilane ne? Bes makelo Adi ngalih yeh kanti takilane bakat kalain pules. Nah ne enu lad-ladne jalan gagah ajak dadua."Disubane ada raosne I Cupak buka keto laut masaut I Grantang, "Nah daar suba beh, tiang tusing merasa seduk" I Cupak medaar padidiana, ngesop nasi nginem yeh, celekutang nitig tangkah, suud madaar I Cupak taagtaag nyiriang basang betek.
Disubane I Cupak ajaka I Grantang maan mareren laut ngalanturang pejalane. Kacarita ane jani I Cupak lan I Grantang neked di Bencingah Puri Kediri. Di desane ento suung manginung, tusing ada anak majlawatang. Pejalane I Cupak ngetor kabatek baan jejehne, jani suba neked kone ia di jaba puri Kedirine, ditu I Cupak nepukin peken. Di pekene masih suung manginung tuah ada dagang nasi adiri buina mengkeb madagang. Ngatonang unduke buka keto, ditu laut I Grantang metakon teken dagange ento, "Nawegang jero dagang nasi, titiang matur pitaken, napi wastan jagate puniki, napi sane mawinan jagat druwene sepi. I Dagang nasi masaut, Jero, jero anak lanang sareng kalih jagate puniki mawasta jagat Kediri. Jagat puniki katiben bencana. Putran Ida Sang Prabu kapandung olih I Benaru. Ida Sang Prabu ngamedalang wecana, sapasiraja sane mrasidayang ngrebut putran gelahe tur mademang I Benaru jagi kaadegang agung ring jagate puniki. Wantah putrin Ida sane kaparabiang ring sang sane prasida mademang I Benaru.
I Cupak masaut elah, "ah raja belog kalahang Benaru. Kola anak suba bisa nampah Benaru. Eh dagang, kema orahang teken rajabe dini. Bantes Benaru aukud elah baan kola ngitungang". I Grantang megat munyin beline, "Eda Beli baas sumbar ngomong, awak tusing nawang matan Benaru. Patilesang raga beline digumin anak. "Sakewala I Cupak bengkung ngelawan tur tuara ngugu munyin adine. "Adi baas setata, adi mula getap. Kalingke nampak ngadeg gumi, baanga ngidih nasi dogen beli nyak ngematiang I Benaru. "I Grantang nglanturang munyine teken jero dagang nasi. "Inggih jero dagang nasi durusang uningan marika ring Ida Sang Prabu. Titiang jagi ngaturang ayah, ngemademang ipun I Benaru. "Duaning asapunika wenten pabesene I Grantang, laut I dagang nasi gagesonan nangkil ka puri. Nganteg ring puri I Dagang nasi matur, "Inggih Ratu Sang Prabhu sasuhunan titiang, puniki wenten tamiu sareng kalih misadia jagi ngemademang I Benaru.
Riwawu asapunika atur I Dagang nasi, premangkin ledang pisan pikayun Ida Sang Prabhu. Raris Ida Sang Prabhu ngandika, " Ih memen cening, yen mula saja buka atur men ceninge, lautang kema tunden ia tangkil ka puri apang tawang gelah!" Sesampune wenten renteh wacanan Ida Sang Prabhu,'I Dagang nasi jek ngenggalang ngalih I Cupak teken I Grantang. Nganteg di peken dapetange I Cupak masehin lima mara suud madaar. I Grantang kimud kenehne nepukin beline setata ngaba basang layah. I Grantang laut ngomong. "Nawegang jero dagang belin tiange iwang ngambil ajengan, mangda ledang jero ngampurayang santukan titiang nenten makta jinah. "I Cupak masaut, "Saja kola nyemak nasi, ampura kola, tusing sida baan kola naanang basang layah. "I Dagang nasi anggen kenehne ningeh munyine I Grantang. Munyin I Cupake tan kalinguang. I dagang nasi laut nekedang pangandikan Ida Sang Prabhu, apang tangkil ajaka dadua. Sesampune katerima pabesene punika olih I Dagang nasi.
Teked di puri hut panjake pati kaplug melaib, kadene I Benaru. Kacrita sane mangkin I Cupak lan I Grantang sampun tangkil ring ajeng Ida Sang Prabhu raris Ida Sang Prabhu ngandika, "Eh cai ajak dadua cai uli dija, nyen adan caine?" I Grantang matur dabdab alon,"Nawegang titiang Ratu Sang Prabhu, titiang puniki wantah jadma nista saking jagat Gobangwesi. Munggwing wastan titiang wantah I Grantang, niki belin titiange mewasta I Cupak. Titiang jagi matetegar nyarengin sewayambarane puniki ngamademang ipun satrun palungguh I Ratu I Benaru. Konden suud aturne I Grantang saget sampun kasampuak olih I Cupak, tur ngomong kene, "Kola seduk, kola lakar ngidih nasi abetekan. Basang kolane layah. Suud keto I Cupak ajak I Grantang mapamit. Ida Sang Prabhu mapaica cincin mas masoca mirah teken pajenengan puri Kediri. Ento pinaka cirin I Grantang dados utusan.
Gelisang carita I Cupak kebedak-bedak, lantas nepukin telaga linggah tur bek misi yeh. Ditu lantas I Cupak morahang teken adine. "Adi...adi Grantang mareren malu, kola kenyel tur bedak pesan, kola lakar ngalih yeh ditu di telagane. "Kasautin laut pamunyin Beline teken I Grantang, "Eda beli ditu ngalih yeh, ento anak yeh encehne I Benaru tusing dadi inem, beli, "Ningeh munyin adine keto I Cupak makesiab ngatabtab muane putih lemlem. I Grantang nutugang majalan. I Cupak buin nepukin gegumuk maririgan. Ditu buin I Cupak matakon teken adine, "Nyen ane ngae gunung gunungan dini adi?" sambilange maklemir I Grantang nyaurin petakon beline. "Ene tusing ja gunung-gunungan beli, ene mula tuah taine I Benaru beli. I Cupak makraik baan takutne. "Aduh mati jani beli adi, yan mone geden taine, lamun apa ja gedene I Benaru, adi?. Jalan suba mulih adi. I Grantang nguncangang majalan ngungsi Guane I Benaru. I Cupak bejag bejug nutug I Grantang.
Kacaritayang sane mangkin I Cupak ajaka I Grantang suba teked di sisin goane I Benaru. Umah I Benaru ditengah goane. I Cupak laut ngomong " Adi .... kola tusing bani tuun adi, adi dogen suba masiat ngelawan I Benaru. Kola ngantiang dini. Kewala ngidih olas kola teken adi, tegul kola dini adi! " Bincuh I Grantang ngalih tali anggona negul I Cupak. Disubane suud I Grantang negul beline, I Grantang laut matinget teken beline, "Ene tingalin tumbake buin ajahan beli, yan bah kangin tumbake ento pinaka cirin tiange menang di pasiatan. Sakewala yan bah kelod tumbake, ento pinaka cihna tiang kalah. "Suud matinget, teken beline, I Grantang laut tuun ka goane.
Teked di tengah goane dapetange I Benaru nagih melagandang Raden Dewi. I Benaru matolihang tur matbat I Grantang. " "Eh iba manusa cenik, wanen iba teka mai, Yan iba mabudi idup matulak iba mulih ! " Disubane keto ada munyine I Benaru, laut I Grantang masaut wiring, "Apa..apa..orahang iba Benaru? Kai teka mai mula nyadia lakar ngalahan iba, tur kai lakar mendak Raden Dewi putran Ida Sang Prabhu. Kai lakar ngiring Ida ka Puri. " I Benaru lantas ngelur brangti laut ngamuk. Ditu I Grantang mayuda ngajak I Benaru. Sangkaning kepradnyanan I Grantang mayuda, dadosne I Grantang polih galah nebek basangne I Benaru nganti betel antuk keris pajenengan purine. I Benaru ngelur kesakitan basangne embud mebrarakan.
Kacrita ane jani, I Cupak baduuran ningeh I Benaru ngelur. I Cupak pesu enceh, tur tategulane telah tastas. Ditu lantas I Cupak inget teken patingetne I Grantang. Ningalin lantas tumbake ento suba bah kangin. Mara I Cupak masrieng kenehne liang. I Cupak laut ngomong, " Adi...adi Grantang antos kola Adi. Yan kola tusing maan metanding ngajak I Benaru jengah kola, Adi. " I Grantang laut ngomong uli tengah goane teken I Cupak. "Beli tegarang entungan tali bune ka goane! "Disubane ada raos adine buka keto laut I Cupak ngentungan taline ento. Ditu lantas I Grantang ngelanting ditaline apan ngidang menek. I Grantang sambilange ngamban Raden Dewi. Disubane I Grantang lan Raden Dewi nengok uli ungas goane, gegeson pesan I Cupak nyaup Raden Dewi tur sahasa megat tali ane glantingine baan I Grantang. Duaning tali bune kapegatang, ditu lantas I Grantang ulung ngeluluk ditengah goane. Semaliha Ida Raden Dewi kasirepang olih I Cupak di batan kayune satonden megat tali bune ento.
Kacaritayang sane mangkin, I Cupak ngiring Ida Raden Dewi nuju Puri Agung. Tan kacaritayang kawentenang Ida kairing baan I Cupak ring margi, kancit sampun rauh Ida ring Puri. Ida Sang Prabhu ledang kayune tan siti, digelis raris nyaup Raden Dewi. Ida Sang Prabhu raris matemuang Ida Raden Dewi teken I Cupak sawireh I Benaru suba mati. I Cupak matur ring Ida Sang Prabhu, I Grantang sampun padem, kapademang oleh I Benaru. I Cupak mangkin kaadegang Agung ring Puri.
Kacaritayang sane mangkin I Cupak sampun madeg Agung ring Puri. Makejang panjake keweh, duaning sasukat risapa madeg I Cupak sadina-dina panjake makarya guling.
Sane mangkin iring menengang abosbos cerita sapamadeg I Cupak, iring sane mangkin caritayang kawentenang I Grantang ring tengah goane. I Grantang grapa-grepe bangun nyelsel padewekan. "Raturatu Bhatara nguda kene lacur titiange manumadi?" Kasuen-suen dados metu rincikan naya upanaya I Grantang bakal nganggon tulang I Benarune menek. I Grantang ngragas tur makekeh pesan menek. Sakewanten sangkanin sih Ida SangHyang Parama Kawi I Grantang nyidayang ngamenekang. I Grantang jadi suba neked di baduuran. I Grantang lantas nugtugang pejalane nuju je puri. Gelisang carita I Grantang suba neked di puri. Ditu lantas I Grantang ngomong teken panyeroan I Cupake, "Jero tulung titiang, titiang jagi tangkil matur ring Ida Sang Prabhu. "Malaib panyroane ka puri nguningayang unduke punika teken Raden Cupak. I Cupak inget teken adine ane enu digoane. Ditu lantas I Cupak ngelur nunden panjake ngejuk tur ngulung aji tikeh tur ngentungang ka pasihe.
Kacarita buin manine Pan Bekung memencar di pasihe ento. Uling semengan nganti linsir sanje memencar tusing maan be naang aukud. Ngentungan pencar tanggun duri, pencare marase baat, mare penekanga bakatange tikeh. Buin Pan Bekung mulang pencar buin bakatange tikehe ane busan. Gedeg basang Pan Bekunge, laut tikehe abane menek tur kagagah. Makesiab Pan Bekung ningalin jadma berag pesan. Pan Bekung enggalang ngajak anake ento kepondokne. Teked dipondokne pretenina teken Men Bekung. Sewai-wai gaenange bubuh, uligange boreh. Dadosne sayan wai sayan misi awakne I Grantang. Dadi kendel Pan Bekung ajak Men Bekung iaan unduk panak truna tur bangus. Di subane I Grantang seger ditu lantas I Grantang ngae tetaneman. Megenepan pesan bungane tanema. Disubane bungane pada kembang, I Grantang ngalap bungane ento tur adepa teken Men Bekung ka peken. Sadinadina saja geginane I Grantang metik bunga lan Men Bekung ngadep.
Kacarita ane jani ada wong jero uli puri Kediri lakar meli bunga. Makejang bungane Men Bekung belina baan wong jerone ento. Disubane suud mablanja lantas wong jerone ento ka puri ngaturang bunga. Bungane ane kaaturang katerima olih Ida Raden Dewi. Mara kearasan oleh Raden Dewi dadi merawat rawat anak bagus dibungane.
Eling lantas Ida teken I Grantang anak bagus ane ngamatiang I Benaru. Ida Raden Dewi raris metaken teken wong jerone. "Eh Bibi bibi Sari dija nyai meli bungane ene?"buin mani ka pasar apang kacunduk teken dagang bungane ene." Manine kairing Ida Raden Dewi lunga, matumbasan ka pasar.Gelisang carita raris kapanggih Men Bekung nyuun kranjang misi bunga mewarna warni. Raden Dewi raris nampekin. Kagiat Raden Dewi nyingak bungkung mas masoca mirah ane anggone teken Men Bekung. Bungkunge ento wantah druwen Ida Sang Prabhu lingsir, ane kapicayang teken I Grantang. Ngaksi kawentenane punika, raris Raden Dewi ngandika teken Men Bekung. "Uduh Meme, titiang matakon, dija umah memene?' Ajak gelah melali kema ka umah Memene apang gelah nawang. " Gelisang carita Ida Raden Dewi sampun neked di pondok Men Bekung. Pan Bekung kemeg-megan sinambi ngadap kasor saha nyambang sapangrauh Ida Raden Dewi. Ningeh Bapane makalukang tur epot laut I Grantang nyagjag. Ditu lantas I Grantang matemu teken Raden Dewi. Rikanjekan pinika Ida Raden Dewi nyagjag tur mlekur I Grantang sinambi nangis masasambatan, "Aduh Beli mgudal las beli ngutiang tiang. Ngudiang beli tusing ka puri tangkil ring Ida Sang Prabhu." Sasampune wenten ketel wacanan Ida Raden Dewi raris I Grantang nyawis tur matur dabdab alon, ngaturan parindikan pajalan sane sampun lintang.
Kacaritanyang mangkin I Grantang sareng Ida Raden Dewi suba neked di puri. Sang Prabhu maweweh meweh ledang kayun Idane nyingak putrane anut masanding ajaka I Grantang. Kacaritayang mangkin I Cupak katundung uli puri. I Grantang mangkin kaadegang agung ring puri. Sasukat I Grantang madeg agung, jagate gemuh kerta raharja. Panjake sami pada girang pakedek pakenyung duaning suud ngayahin raja buduh.
Kaketus saking :
*Buku Pupulan Satwa Bali olih : I Ketut Keriana, M.p.d
Widi arsanaa
ReplyDeletehah?
ReplyDelete